Do You Like Me?

Ann/Hana
5 min readDec 18, 2023

--

Where's the other half?

Sampailah Corazon ke rumah mewah Hancock yang sering parentless itu. Baru saja pintu dibuka, Cora sudah dihujam tatapan angkuh nan tajam.

“Bawa titipan gue?” Tanya Hancock tajam.

“B-b-bawa. I-ni..” Kata Corazon gugup, menyerahkan semua yang ia bawa ke pada Hancock.

Keringat yang tadi hilang dibawa angin, perlahan muncul sebesar kerikil. Hancock menyadari yang ia lihat, hanya tersenyum geli, sedang Corazon belum berani menatap Hancock.

“Gue masuk, terserah kalo lo mau di luar aja.” Kata Hancock, meninggalkan Cora di depan pintu rumah mewahnya itu, dengan pintu yang ia biarkan terbuka.

Cora duduk di ruang tamu dengan canggung. Biasanya mah langsung masuk kamar, mana ada acara jaim tiba-tiba duduk di ruang tamu.

Ia masih canggung, keringatnya masih muncul sebesar kerikil. Jelas karena ini pertama kalinya Hancock menitip sesuatu yang NSFW seperti itu. Biasa mah pembalut. Udah kebal mah Cora kalo pembalut doang.

“Rosi~!” Panggil Hancock.

Biasanya tidak semendebarkan ini??? Hancock hampir tidak pernah memanggil namanya, namun ia pernah mendengar dari Robin, bahwa Hancock selalu menyebut “Rosi” daripada “Cora” jika sedang bercerita tentangnya.

Gadis itu memilih untuk menyebut pria itu dengan nama lahirnya.

Dan mendengar ini secara langsung untuk waktu yang saaaaaaaangat sangat jarang, jujurly mendebarkan.

“I,iya.” Jawab Cora gugup.

“Lo gak mau masuk ke kamar? Gue mau bikin kopi dulu buat mamam martabak.” Kata Hancock, berjalan menuju dapur

“Lo teh tarik, kan?” Tanya Hancock.

Cora berusaha untuk kembali biasa saja. Ia memutuskan untuk ikut Hancock ke dapur, niatnya sih membantu.

“JANGAN BERANI LO SENTUH SATU BARANG PUN DI DAPUR GUE!” Titah Hancock, menunjuk tajam ke wajah Cora. Telunjuknya mengarah sedikit ke atas, karena Cora cukup tinggi…

“Gue ga mau dapur ini jadi medan perang lagi.” Hancock lanjut mengisi air di dalam water heater untuk mendidihkan air.

“LO MASUK KAMAR SEKARANG!” Titah Ratu.

Cora tidak berpikir apa-apa lagi, terbirit seperti orang cepirit berlari meninggalkan Hancock di dapur, menuju kamar tempat mereka biasa nongkrong.

Desah alias depresi dan gelisah membuatnya mondar-mandir tak karuan di kamar Hancock. “Tenang, tenang. Tadi Hancock ngga serius kok di chat. Yakin gue yakin.” Ucap Cora, outernally talking to himself.

“ITU TAPINYA GUE TETEP BELI KONDOMNYA ISTIGPAR!” Katanya lagi, masih ngomong sendiri.

“Aduh, gimana ini mamaaaaaaaa.” Teriaknya pada diri sendiri.

“Ingin menghilang ya Allah!”

“Apa gue ikut bang Doffy jadi mafia?”

“YA ALLAH TOLONG!!!”

“KENAPA TIBA-TIBA MINTA BELI KONDOM COBA. HP GUE YANG LAYARNYA UDAH NAUJUBILLAH SAMPE JATOH ISTIGPAR LU HANCOCK!”

“Untung belum innalillah ini mah.”

Ia terus menggumamkan perasaannya selagi sendiri di kamar Hancock, hingga Hancock datang dengan nampan berisi minuman dan piring kosong.

Piringnya untuk makan martabak dong, jelas. Kan cuma ada martabak…

“Lu kebiasaan banget ngomong sendiri gitu, kalo didenger orang gimana coba hahaha.” Tawa Hancock, yang ternyata mendengar seluruh keluhan tidak emergency Cora yang lucu itu.

“Lu coba jujur deh, kenapa tiba-tiba minta beli kondom?!” Akhirnya Cora bertanya dengan lurus, walau batinnya masih desah.

“Saran Robin?” Jawab Hancock, membungkus pernyataannya dengan nada bertanya.

“HAH?” The hah-syndrome man.

“Hah hoh hah hoh. Kenapa sih? Kan bisa aja kita hilaf trus kalo ga ada pengaman gimana kalo jadi? Gamau gue. Itu buat jaga-jaga pokoknya.” Jawab Hancock, memasukkan martabak ke dalam mulut Cora.

Mengambil martabak dari mulutnya untuk bicara lebih leluasa. “Han.” Panggil Cora, tegas, dan juga lembut.

“Menurut lo gue akan asal melakukannya?” Tanya Cora serius.

“Semuanya mungkin terjadi, kan?” Jawab Hancock, menatap Cora yang sudah menatapnya.

“Lo serius ngomong tentang itu seenteng itu?” Tanya Cora serius.

“Kita udah dewasa, semua bisa aja kejadian. Biasa aja deh.” Kata Hancock, sejujurnya sudah ketar-ketir, namun karena dibalut nada angkuh jadi tidak terlihat. Cora tidak pernah berbicara sedingin ini sebelumnya.

“Menurut lo kenapa gue jaga lo selama ini? Mana pernah gue sentuh lo kelewat batas dari izin lo?! Gue kaget banget lo bisa mikir seenteng itu.” Kata Cora, ada nada yang tidak bisa dijelaskan di sana.

“Emangnya lu gak suka ama gue?!” Balas Hancock keras, bertanya serius.

“Ya suka, lah!” Jawab Cora spontan, bahkan ia kaget dengan jawabannya.

“Eh?” Ujar mereka serempak. Lalu keduanya terdiam, hingga beberapa saat. Keringat Cora yang sebesar kerikil kembali muncul, tengkuknya yang tidak kenapa-napa, ia belai berkali-kali.

Pun Hancock, yang sudah membelakangi Cora. Ia tidak ingin wajah putihnya yang sudah merona karena aliran darah begitu cepat memenuhi wajahnya, terlihat oleh Cora.

“Y-y-yya suka… Karena itu gue jaga lo. Tiba-tiba ngebahas sesuatu yang menjurus ke arah sex, ya gue kaget, Han.” Kata Cora akhirnya. Mereka saling membelakangi.

“Gue serius itu saran Robin, tapi gue juga tau Robin ngasi sarannya ngaco. Gue niatnya mau ngerjain lo doang,” putus Hancock sejenak, “...Ros.” Tutupnya, masih membelakangi.

“Lu suka yang kayak gimana dulu ini?!!” Walaupun dalam keadaan malu merona, angkuh tetap yang utama. Padahal posisinya sedang membelakangi lawan bicara.

“M,m,m,menurut lo?” Jawab Cora gugup.

“Dih gak tegas banget! Pulang lu sono kalo ragu-ragu.” Kata Hancock. Masih tidak berani melihat Cora. Padahal Cora sudah tidak membelakanginya lagi.

“Y,y,y,yyya suka Hancock…..” Jawab Cora gugup, malu, acikidiw, pokoknya perasaan tidak jelas itu bersatu. Kenapa pula tiba-tiba Hancock mempertanyakan ini?

“YA SEBAGAI APA?” Tanya Hancock jelas-jelas meminta kejelasan.

Ya memang, ia sudah suka Hancock dari lama. Tapi karena ada kemungkinan untuk adanya jarak jika ia ungkapkan perasaannya, ia memilih untuk tidak. Dan sudah ia putuskan sedari awal memendam, apapun yang membuat wanita tantrum ini bahagia, itu juga akan membuatnya bahagia.

TAPI INI BENAR-BENAR DI LUAR PREDIKSI BMKG BANG.

Agar ia dapat berbicara dengan lancar tanpa menggagap ria, ia putuskan untuk menelan segelas teh tarik panas yang sudah dibuatkan untuknya tadi. Kopi sekalian. Masalah lambung kaget, masalah nanti itu mah.

Suara kerongkongan yang menelan air terdengar begitu jelas di telinga Hancock, dan ia tahu benar, tidak ada air lain selain kopi dan teh panas di sana. Jelas saja itu mengundangnya berbalik, dan netranya membulat, menangkap sosok psikopat sedang menelan dua gelas minuman mendidih.

“SEBAGAI WANITA LAH. PUAS LO?” Jelas Cora akhirnya.

“GOBLOK ITU LIDAH LO GA KEBAKAR?” Tanya Hancock panik.

“YA PEDIH LAH!!!!” Kata Cora.

Hancock berlari keluar kamar untuk segera mengambil air mineral dingin untuk lelaki bodoh yang baru saja membuktikan kebodohannya😭🙏🏻

Setelah banyak yang dilewati, giliran lambungnya yang memberi reaksi.

“Han. Pinjem toilet. Hehe.” Cengir Cora, tidak menunggu izin dari Hancock, langsung menghampiri kamar mandi yang memang letaknya di situ-situ aja dari jaman rumah dan kamar Hancock jadi.

“LA HAULA BENER-BENER.”

Setelah Cora masuk ke dalam kamar mandi, Hancock melepaskan tawanya lepas.

“Lu kalo suka ama gue kenapa gamau nganu ama gue?” Tanya Hancock dari luar.

“Nikah dulu lah. Maen sosor-sosor aja nanti Allah marah!” Jawab Cora dari dalam.

“Eh gue di kamar mandi gak boleh bilang Allah.”

“Astaghfirullah”

“Eh”

“AAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!” Yang Islam sangat mengerti kefrustasian ini.

“HAHAHAHAHAHA ROSI LU DIEM AJA DEMI ALLAH.” Kata Hancock sudah sixpack tidak sanggup tertawa lagi.

Entah apa yang dilakukan Cora hingga memakan waktu dua jam di kamar mandi. Sekeluarnya ia dari kamar mandi, sudah didapatinya Hancock tertidur pulas di sofa yang terletak di sisi jendela kamarnya.

Cora hanya tersenyum menatap lembut wanita tertidur yang tidak tahu sekarang statusnya apa untuknya. Pun ini sudah terlalu larut. Setelah memindahkan Hancock dengan hati-hati ke atas tempat tidurnya, diselimutinya juga, ia bereskan martabak yang masih terbuka di atas lantai, dan keluar kamar dengan hati-hati agar tidak berisik.

“Selamat malam, gadis tantrum.” Gumamnya, menghidupkan Royal Enfield-nya, meninggalkan rumah yang baru saja ia kunjungi, melaju kencang untuk kembali ke habitatnya.

.

.

.

—tbc.

♣︎ Ann/Hana

--

--

Ann/Hana
Ann/Hana

No responses yet